Gambar : Prof AM Saefudin saat menyampaikan sambutan dalam acara bedah buku 50 Tahun UIKA, kemarin.
Azies-site–Universitas Ibn khaldun (UIKA) merupakan perguruan tinggi swasta di Bogor yang bisa bersaing dengan perguruan tinggi negeri. Memasuki usianya yang ke-50, UIKA pun semakin mendapat tantangan.
Ya, itulah sepenggal pengingat yang disampaikan mantan Rektor UIKA, Prof Dr AM Saefudin, saat bedah buku 50 Tahun UIKA, kemarin.
Saksi sejarah berdirinya UIKA itu menyebutkan, kampus tersebut memiliki tradisi panjang dalam menciptakan orang-orang pintar. Bahkan sebagian alumni mereka sudah menjadi pejabat di penjuru tanah air.
“UIKA punya banyak sejarah, termasuk perjuangan kaum muslim saat itu. Jadi, jangan lihat sekarang menjadi besar seperti ini, tapi generasi sekarang harus melihat sejarah bagaimana hal itu bisa dicapai,” kata Saefudin saat menjadi pembicara dalam bedah buku tersebut.
Meski sudah menjadi perguruan besar yang bisa disandingkan dengan berbagai perguruan tinggi negeri, ia mengaku belum puas dengan kondisi itu. Karena jika lebih dipacu, potensinya akan lebih baik lagi.
“Kita dekat dengan IPB, karena itu kita harus bisa melebihi mereka. Bahkan kalau perlu para dosen di sana bisa kita minta untuk mengajar di sini juga,” jelasnya.
Dengan kondisi ini, pria humoris itu berharap UIKA bisa menciptakan tiga doktor dan satu profesor setiap tahun. Selain itu, keberadaannya juga harus bisa dikenal hingga ke dunia internasional.
“Kita jangan hanya puas berprestasi di Indonesia. Karena dunia luar masih sangat luas,” ujarnya memberi motivasi kepada seluruh pengunjung, termasuk alumni dan mahasiswa UIKA
Ya, itulah sepenggal pengingat yang disampaikan mantan Rektor UIKA, Prof Dr AM Saefudin, saat bedah buku 50 Tahun UIKA, kemarin.
Saksi sejarah berdirinya UIKA itu menyebutkan, kampus tersebut memiliki tradisi panjang dalam menciptakan orang-orang pintar. Bahkan sebagian alumni mereka sudah menjadi pejabat di penjuru tanah air.
“UIKA punya banyak sejarah, termasuk perjuangan kaum muslim saat itu. Jadi, jangan lihat sekarang menjadi besar seperti ini, tapi generasi sekarang harus melihat sejarah bagaimana hal itu bisa dicapai,” kata Saefudin saat menjadi pembicara dalam bedah buku tersebut.
Meski sudah menjadi perguruan besar yang bisa disandingkan dengan berbagai perguruan tinggi negeri, ia mengaku belum puas dengan kondisi itu. Karena jika lebih dipacu, potensinya akan lebih baik lagi.
“Kita dekat dengan IPB, karena itu kita harus bisa melebihi mereka. Bahkan kalau perlu para dosen di sana bisa kita minta untuk mengajar di sini juga,” jelasnya.
Dengan kondisi ini, pria humoris itu berharap UIKA bisa menciptakan tiga doktor dan satu profesor setiap tahun. Selain itu, keberadaannya juga harus bisa dikenal hingga ke dunia internasional.
“Kita jangan hanya puas berprestasi di Indonesia. Karena dunia luar masih sangat luas,” ujarnya memberi motivasi kepada seluruh pengunjung, termasuk alumni dan mahasiswa UIKA